Tiga Cara Penyampaian Pesan Moral Dalam Karya Fiksi
Ditulis oleh: Yosua S. Yudo
Hal utama yang harus diingat ketika menulis karya
fiksi adalah mengapa orang ingin membaca karya kita? Orang yang membaca
karya fiksi tentu saja sedang mencari hiburan. Bayangkan betapa
kecewanya Anda ketika sedang mencari hiburan lewat membaca cerpen,
tetapi yang Anda temui justru sebuah "catatan khotbah", lengkap dengan
ayat-ayat dari Kitab Suci. Hal itu bukan hanya menggelikan, tetapi juga
membuat nilai-nilai yang baik itu seolah menjadi hambar dan klise.
Menyajikan hiburan bukan berarti tidak bisa
memberikan nasihat atau pesan moral kepada pembacanya. Di bawah ini,
saya akan menunjukkan tiga cara yang dipakai oleh Bapak Literatur
Fantasi dunia, J.R.R. Tolkien, untuk membawa pembacanya mempelajari
nilai-nilai moral sekaligus menikmati karyanya.
1. Menggunakan tokoh dalam cerita.
Pesan moral disampaikan melalui tokoh-tokoh dalam
cerita, sehingga setiap tokoh menggambarkan nilai-nilai tertentu.
Perhatikan bagaimana J.R.R. Tolkien mengungkapkan nilai moral melalui
karakter Sam Gamgee menjelang akhir kisah "Kembalinya sang Raja" dalam
trilogi "The Lord Of The Rings":
Tangan Sam gamang. Pikirannya panas penuh kemarahan
dan ingatan pada kejahatan. Sangat adil bila membunuh makhluk
pengkhianat dan pembunuh ini, adil dan patut; dan kelihatannya inilah
tindakan paling aman. Tapi jauh di lubuk hatinya ada sesuatu yang
menahannya: ia tidak bisa memukul makhluk yang berbaring dalam debu itu,
makhluk yang sedih, hancur, dan sangat sial. Sam sendiri ... sudah
pernah membawa Cincin ... ia bisa menduga penderitaan pikiran dan tubuh
Gollum yang sudah mengerut, diperbudak oleh Cincin, tak pernah lagi bisa
mendapatkan kedamaian atau ketenangan dalam hidupnya. Tapi Sam tidak
memiliki kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya.
"Ah, terkutuklah kau makhluk busuk! ... Pergi! Enyah! ... Kalau tidak, aku akan menyakitimu ... ("The Hobbit", hlm. 266)
Tolkien tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa Sam
memiliki belas kasihan terhadap Gollum, makhluk yang sudah mengkhianati
dan mencelakai dirinya dan tuannya, Frodo. Tolkien hanya mengungkapkan
apa yang dirasakan, dilihat oleh Sam, dan apa yang dilakukannya, lalu
membebaskan pembaca untuk mengambil kesimpulan sendiri mengenai apa yang
mereka baca.
2. Menggunakan dialog antartokoh.
Bacalah dialog antara Bilbo Baggins dan Thorin
Oakenshield yang tengah sekarat di bawah ini, carilah pesan moral yang
terkandung di dalamnya.
[Thorin berkata] "Selamat berpisah pencuri yang baik,
katanya. "Aku akan pergi ke aula penantian, duduk di sisi para
leluhurku, menunggu sampai dunia diperbarui. Karena aku akan pergi tanpa
membawa emas atau perakku, ke tempat di mana harta benda itu tak lagi
berarti, maka aku ingin berpisah denganmu sebagai sahabat ...."
Dengan sangat sedih Bilbo berlutut satu kaki.
"Selamat berpisah, Raja di Bawah Gunung!" katanya. "Petualangan kita
sangat hebat, walau harus berakhir begini. Dan segunung emas masih belum
memadai untuk pelipur lara karena perpisahan ini. Tapi aku gembira
karena telah mengatasi bahaya bersamamu. Ini merupakan kehormatan besar
yang belum pernah dialami oleh keluarga Baggins."
"Tidak!" kata Thorin. "Masih banyak kebaikan dalam
dirimu yang tidak kau sadari, O anak yang baik dari Barat. Kau memiliki
keberanian dan kebijaksanaan. Kalau saja kami semua lebih menghargai
makanan dan nyanyian lebih daripada harta dan emas, dunia ini pasti akan
lebih menyenangkan. Tapi menyenangkan atau menyedihkan, aku harus
meninggalkannya sekarang. Selamat tinggal!" ("The Lord of the Rings:
Kembalinya Sang Raja", hlm. 331)
Nilai moral apa yang dapat Anda tangkap dari
percakapan di antara kedua tokoh itu? Tentang persahabatan? Tentang apa
yang lebih berharga daripada harta? Apa pun itu, Tolkien membebaskan
pembacanya untuk menarik pesan moral itu sendiri.
3. Menggunakan jalinan cerita.
Cara lain untuk menyampaikan pesan moral adalah
melalui jalan cerita itu sendiri. Penulis hanya bercerita, jalan cerita
itu sendirilah yang akan "berbicara" kepada pembacanya. Bacalah kisah
Frodo Baggins dan sahabat-sahabatnya dalam trilogi "The Lord of the
Rings", maka Anda akan menemukan nilai-nilai persahabatan di salah satu
bagiannya, nilai moral tentang kesetiaan di bagian yang lain, serta
nilai tentang keberanian dan kegigihan dalam keseluruhan kisahnya.
Hal yang sama juga bisa Anda tiru. Selipkan pesan
moral di berbagai peristiwa yang membangun kisah yang Anda tulis, atau
malah jangan berusaha menyelipkannya; bercerita saja sambil dituntun
oleh nilai-nilai moral yang Anda percayai, biarkan cerita itu yang
memunculkan kesimpulan-kesimpulan dalam diri pembaca Anda.
Itulah 3 dari sekian banyak cara yang digunakan oleh
Tolkien untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada pembacanya.
Gampang-gampang sulit, tetapi bukan berarti tidak dapat dipelajari. Satu
hal yang harus diingat, jangan pernah menuliskan pesan moral secara
eksplisit. Itu sama saja seperti mengguyur pembaca Anda dengan air es
saat mereka membutuhkan selimut, akan sangat menyebalkan. Sebaliknya,
tangkaplah perhatian pembaca Anda dengan kisah yang menarik, plot yang
cerdas, dan tokoh-tokoh yang hidup, nilai moral yang ingin Anda
sampaikan akan berbicara dengan sendirinya kepada mereka. Selamat
berkarya!
Sumber bacaan:
1. Tolkien, J.R.R. 2005. "The Hobbit". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 331.
2. Tolkien, J.R.R. 2005. "The Lord of the Rings: Kembalinya Sang Raja". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 266.
Komentar
Posting Komentar